Pembangunan nasional menuntut partisipasi
seluruh rakyat serta sikap mental, semangat, ketaatan , dan di siplin para
penyelenggara negara seluruh rakyat indonesia.
Majelis taklim sebagai lembaga pendidikan
agama islam nonformal yang jumlahnya puluhan ribu, tersebar di wilayah pedesaan
dan perkotaan seluruh indonesia. Majelis taklim merupakan salah satu sentral
pembangunan mental keagamaan di lingkungan masyarakat yang berbeda statifikasi
sosiokulturalnya.
Berkembangnya majelis – majelis taklim itu, partama
– tama bersumber dari swakarsa dan kepercayaan masayarakat berkat motivasi
agamanya kemudian berkembang terus seiring dengan tuntutan pembangunan.
1. Peranan Majelis Taklim
Bila dilihat
struktur organisasinya, majelis taklim termasuk organisasi pendidikan luar
sekolah (nonformal) yang bercirikan
khusus keagamaan islam. Bila dilihat dari segi tujuan, majelis taklim adalah
termasuk lembaga atau sarana dakwah islamiyah yang dapat mengatur dan melaksanakan
kegiatan- kegiataannya. Dilihat dari segi historis, sejak zaman Rasulullah saw.
Pada zaman itu muncullah berbagai jenis kelompok pengajian sukarela, tanpa
bayaran, yang disebut halaqah yaitu kelompok pengajian di Masjid Nabawi
atau Al-Haram.[1]
Kalangan muslim
yang ingin mendalami ilmu pengetahuan tasawuf (mysticism), di
sudut-sudut masjid Nabawi dan Al-Haram terdapat majelis pengajian yang disebut zawiyah.
Rasulullah sendiri juga menyelenggarakan sistem taklim secara periodik
dirumah sahabat Arqam di Mekah di mana pesertanya tidak dibatasi oleh usia,
lapisan sosial ataupun ras. Dikalangan anak-anak pada zaman itu juga dikembangkan
kelompok pengajian khusus yang disebut al-kuttab yang mengajarkan baca
Al-quran.
Karena itu jika
dilihat dari segi strategi pembinaan umat , dapat dikatakan bahwa
Majelis-Majelis taklim merupakan wadah /wahana daqwah islamiah yang murni
institusional keagamaan. Sebagai institusi keagamaan islam, sitem majelis
taklim adalah built-in (melekat) pada agama islam itu sendiri.
Karena merupakan
salah satu struktur kegiatan dakwah dan tabligh yang islami coraknya, Majelis
Taklim berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat
islam sesuai tuntunan ajaran agama. Sehingga menjadikan umat islam sebagai ummatan
wasathan yang diteladani umat kelompok lain. Untuk tujuan itu , pemimpinya
harus berperan sebagai petunjuk jalan kearah pencerahan hidup islami yang
membawa kepada kesehatan mental rohaniah dan kesadaran fungsional selaku
kholifah di buminya sendiri. Bagi umat islam Indonesia adalah bumi Indonesia
yang sedang membangun peranan fungsional Majelis Taklim adalah mengokohkan
landasan hidup manusia indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual
keagamaan islam.[2]
2. Tantangan Modernisasi Kehidupan Manusia
Masyarakat saat
ini sedang dihadapkan pada berbagai tantangan baru yang bersumber pada gagasan
apa yang disebut modernisasi. Dan Mujaddid adalah pembaru dalam pemikiran dan sikap serta
cara menghayati dan memahami serta menginterprestasikan ajaran Islam sehingga
mampu menerapkan ajaran agama sesuai dengan sumber aslinya(Al-Qur’an dan
As-sunnah) bagi kepentingan kemajuan hidup umat islam didunia yang
menyejahterakan dan membahagiakan. Tanpa menjiplak kemajuan barat sebenarnya
islam mampu menjadikan umat islam maju dalam tekhnologi seperti yang saat ini
dialami bangsa barat.
Pembaru-pembaru
lainya senada mengimbau umat islamagar berijthat dalam memahami ajaran pokok
agama, sehingga umat islam dengan menaati ajaran agamanya menjadi maju atau
modern. Jika umat islam meninggalkan ajaran agamanya akan terperangkap dalam
keterbelakangan , kemunduran , kemiskinan , serta kebodohan dan sebagainya.
Jadi setiap
memahami dan menghayati ide-ide modernisasi dari luar yang membawa nilai-nilai
sekuler itu harus dapat diseleksi ajaran agamanya. Sehingga tidak berdampak
merusak terhadap nilai-niai religius yang telah mapan di bumi kita.
Jadikan ajaran
agama sebagai sumber yang positip untuk semangat pembaruan hidup yang menyejukkan hati dan menyegarkan pikiran
yang kreatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar