Minggu, 12 Juni 2016

TAFSIR SURAT ASY-SYU'ARA AYAT 214



A.    Teks dan Terjemahan Surat Asy-Syu'ara: 214
öÉRr&ur y7s?uŽÏ±tã šúüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ  
Artinya :
 Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, (Qs. Asy-syu’ara 214)
B.     Mufrodat
 ا نذر = berilah peringatan
عَشِيرَ = kerabat-kerabat/keluarga
الأ قربين = orang-orang yang dekat dari mereka yang terdekat.
C.    Penafsiran
“Berilah peringatan (pertakut) karib kerabatmu yang terlebih dekat kepadamu !” Yakni Allah menyuruh Nabi, supaya memberi pertakut dengan siksa neraka karib kerabatnya yang lebih akrab kepadanya terlebih dahulu, kemudian berangsur2 kepada karib yang lain, penduduk negerinya dan umat manusia seluruhnya.[1] Hal ini telah dilaksanakan oleh Nabi s.a.w maka yang mula2 diserunya memeluk agama islam, ialah karib kerabatnya, kemudian orang2 lainnya. Begitu juga ayat ini menyuruh, supaya dipertakuti dengan siksa dan hukuman karib kerabatmu sendiri dan tidak akan terlepas dari hukuman dan siksa itu, meskipun anakmu, bapakmu, ibumu, saudaramu, dsb. Semuanya itu dihukum, bila bersalah dan berdosa. Maka tidak ada familisme dan kawanisme dalam islam, melainkan semuanya itu tunduk kepada hukum yang satu dengan tiada yang ada memandang bulu. Inilah keadilan yang mutlak dalam islam. Dengan keadilan semacam inilah kaum Muslimin dahulu kala memeritahi dunia.
Kata ( عشير ه) à anggota suku yang terdekat, diambil dari kata ( عا شر) à saling bergaul karena anggota suku yang terdekat atau keluarga adalah orang-orang yang sehari-hari bergaul.
Kata ( الأ قربين ) à yang menyifati kata (عشير ه) merupakan penekanan sekaligus guna mengambil hati mereka sebagai orang-orang yang dekat dari mereka yang terdekat.
Setelah memerintahkan nabi muhammad SAW. Menghindari kemusyrikan, yang tujuan utamanya adalah semua yang berpotensi disentuh oleh kemusyrikan, kini ayat diatas berpesan lagi kepada beliau bahwa:  hindarilah segala hal yang dapat mengundang murka allah dan berilah peringatan kepada kerabat kerabatmu yang terdekat tanpa pilih kasih.[2]


D.    Hubungan dengan Ayat-Ayat Pokok Bahasan
Surat An-Nisa’: 170
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# ôs% ãNä.uä!$y_ ãAqߧ9$# Èd,ysø9$$Î/ `ÏB öNä3În/§ (#qãZÏB$t«sù #ZŽöyz öNä3©9 4 bÎ)ur (#rãàÿõ3s? ¨bÎ*sù ¬! $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 tb%x.ur ª!$# $·KÎ=tã $VJŠÅ3ym ÇÊÐÉÈ  
Artinya :
Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, Itulah yang lebih baik bagimu. dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa’: 170)
Setelah Allah s.w.t. mengkritik ahlul kitab -Yahudi dan Nashrani- dan membantah tuduhan-tuduhan mereka dalam ayat-ayat sebelumnya, maka dalam ayat 170 ini Allah s.w.t. menasehati seluruh umat manusia dan memerintahkan mereka agar beriman, karena argument yang ada telah jelas. Tidak ada alasan lagi untuk berpaling darinya. Sebagaimana diketahui, bahwa kaum yahudi dahulu kala senantiasa menunggu-nunggu datangnya al-masih (Isa) dan seorang Nabi, yaitu Nabi Muhammad s.a.w. Oleh karenanya, seharusnya mereka beriman padanya, karena iman itulah yang akan menyucikan mereka dari segala kotoran dan najis, dan keimanan itulah yang akan membawa mereka kepada kebahagiaan abadi.

E.     Hubungan dengan Ayat-ayat Terkait
1.      Surat An-Nahl 125
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ  
Artinya :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Qs. An-Nahl 125)
Hubungan keterkaitan surat ini dengan surat Asy-Syu’ara adalah mufrodat ( äÈ@Î6y 4n<Î) í÷Š$#) yang artinya seluruh (manusia) kepada jalan Tuhan-mu berkaitan dengan (عَشِيرَ) yang artinya kerabat-kerabat/keluarga Allah memerintahkan Nabi muhammad saw untuk mengingatkan kerabatnya yang dekat dan umat manusia agar bertawakkal kepada allah yang selalu memperhatikan dan menjaganya.
2.      Surat Al-Hijr 94
÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚ̍ôãr&ur Ç`tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÒÍÈ  


Artinya :
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.(Q.s Al-Hijr 94)
Hubungan keterkaitan surat ini dengan surat Asy-Syu’ara adalah mufrodat (÷ãtB÷sè?$yJÎ/íyô¹$$sù) artinya sampaikanlah olehmu secara terang-terangan berkaitan dengan (ا نذر) berilah peringatan Menghindari kemusyrikan, yang tujuan utamanya adalah semua yang berpotensi disentuh oleh kemusyrikan, kini ayat diatas berpesan lagi kepada beliau bahwa:  hindarilah segala hal yang dapat mengundang murka allah dan berilah peringatan kepada kerabat kerabatmu yang terdekat tanpa pilih kasih. Setelah rasulullah memperingatkan diri sendiri, beliau diperintahkan untuk mengingatkan kekeluarganya, agar selain mereka mendapat pelajaran darinya bahwa merekapun sesungguhnya terancam denga adzab bila ttap berada dalam kemusyrikan dan tidak mau beriman.[3]
F.     Hubungan Surat Asy-Syu’ara dengan Objek Pendidikan
Pendidikan atau tarbiyah merupakan proses penting untuk melaksanakan taat kepada Allah SWT dan menggapai ridhonya, sebab belajar dan mengajar diwajibkan dalam Islam.
Manusia seluruhnya merupakan objek pendidikan (tarbiyah dan dakwah), namun perlu adanya prioritas untuk kedua hal tersebut, yaitu dimulai dari diri sendiri, kemudian keluarga, kerabat, orang Islam, dan akhirnya kepada sesama manusia (non muslim).
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pendidikan atau tarbiyah merupakan proses penting untuk melaksanakan taat kepada Allah SWT dan menggapai ridhonya, sebab belajar dan mengajar diwajibkan dalam Islam.
Manusia seluruhnya merupakan objek pendidikan (tarbiyah dan dakwah), namun perlu adanya prioritas untuk kedua hal tersebut, yaitu dimulai dari diri sendiri, kemudian keluarga, kerabat, orang Islam, dan akhirnya kepada sesama manusia (non muslim).


DAFTAR PUSTAKA
Ø  Quraish, Shihab. 2006. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.
Ø  Yunus, Mahmud. 2004. Tafsir Qur’an Karim. Jakarta: Hidakarya Agung.
Ø  Quthb, Sayyid. 2008. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Jakarta: Gema Insani.


[1] Prof. Dr. H. Mahmud Yunus Tafsir Qur’an Karim (Jakarta : Hidakarya Agung Jakarta)
[2] M Quraish Shihab, Tafsir al misbah, (Jakarta: Lentera hati, 2002), hlm. 150
[3] Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008),hlm 371.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar