A.
Teks dan Terjemahan Surat Asy-Syu'ara:
214
öÉRr&ur y7s?uϱtã úüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ
Artinya :
Dan berilah peringatan
kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, (Qs.
Asy-syu’ara 214)
B.
Mufrodat
ا نذر = berilah peringatan
عَشِيرَ
= kerabat-kerabat/keluarga
الأ قربين
= orang-orang yang dekat dari mereka yang
terdekat.
C.
Penafsiran
“Berilah peringatan (pertakut) karib kerabatmu yang terlebih dekat kepadamu
!” Yakni Allah menyuruh Nabi, supaya memberi pertakut dengan siksa neraka karib
kerabatnya yang lebih akrab kepadanya terlebih dahulu, kemudian berangsur2
kepada karib yang lain, penduduk negerinya dan umat manusia seluruhnya.[1]
Hal ini telah dilaksanakan oleh Nabi s.a.w maka yang mula2 diserunya memeluk
agama islam, ialah karib kerabatnya, kemudian orang2 lainnya. Begitu juga ayat
ini menyuruh, supaya dipertakuti dengan siksa dan hukuman karib kerabatmu
sendiri dan tidak akan terlepas dari hukuman dan siksa itu, meskipun anakmu,
bapakmu, ibumu, saudaramu, dsb. Semuanya itu dihukum, bila bersalah dan
berdosa. Maka tidak ada familisme dan kawanisme dalam islam, melainkan semuanya
itu tunduk kepada hukum yang satu dengan tiada yang ada memandang bulu. Inilah
keadilan yang mutlak dalam islam. Dengan keadilan semacam inilah kaum Muslimin
dahulu kala memeritahi dunia.
Kata ( عشير ه)
à anggota suku
yang terdekat, diambil dari kata ( عا شر)
à saling bergaul
karena anggota suku yang terdekat atau keluarga adalah orang-orang yang
sehari-hari bergaul.
Kata ( الأ قربين )
à yang menyifati
kata (عشير
ه) merupakan penekanan sekaligus guna
mengambil hati mereka sebagai orang-orang yang dekat dari mereka yang terdekat.
Setelah memerintahkan nabi muhammad SAW. Menghindari kemusyrikan,
yang tujuan utamanya adalah semua yang berpotensi disentuh oleh kemusyrikan,
kini ayat diatas berpesan lagi kepada beliau bahwa: hindarilah segala hal yang dapat
mengundang murka allah dan berilah peringatan kepada kerabat kerabatmu yang
terdekat tanpa pilih kasih.[2]
D.
Hubungan dengan Ayat-Ayat Pokok Bahasan
Surat An-Nisa’: 170
$pkr'¯»t
â¨$¨Z9$#
ôs%
ãNä.uä!$y_
ãAqߧ9$#
Èd,ysø9$$Î/
`ÏB
öNä3În/§
(#qãZÏB$t«sù
#Zöyz
öNä3©9
4
bÎ)ur
(#rãàÿõ3s?
¨bÎ*sù
¬!
$tB
Îû
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
4
tb%x.ur
ª!$#
$·KÎ=tã
$VJÅ3ym
ÇÊÐÉÈ
Artinya :
Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu
dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, Itulah yang
lebih baik bagimu. dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan
Allah sedikitpun) karena Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah
kepunyaan Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa’: 170)
Setelah Allah
s.w.t. mengkritik ahlul kitab -Yahudi dan Nashrani- dan membantah
tuduhan-tuduhan mereka dalam ayat-ayat sebelumnya, maka dalam ayat 170 ini
Allah s.w.t. menasehati seluruh umat manusia dan memerintahkan mereka agar
beriman, karena argument yang ada telah jelas. Tidak ada alasan lagi untuk
berpaling darinya. Sebagaimana diketahui, bahwa kaum yahudi dahulu kala
senantiasa menunggu-nunggu datangnya al-masih (Isa) dan seorang Nabi, yaitu
Nabi Muhammad s.a.w. Oleh karenanya, seharusnya mereka beriman padanya, karena
iman itulah yang akan menyucikan mereka dari segala kotoran dan najis, dan
keimanan itulah yang akan membawa mereka kepada kebahagiaan abadi.
E.
Hubungan dengan Ayat-ayat Terkait
1.
Surat An-Nahl 125
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya :
Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Qs. An-Nahl 125)
Hubungan keterkaitan surat ini dengan surat Asy-Syu’ara adalah mufrodat ( äÈ@Î6y 4n<Î) í÷$#) yang artinya seluruh (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu berkaitan dengan (عَشِيرَ) yang artinya kerabat-kerabat/keluarga Allah memerintahkan Nabi muhammad saw untuk mengingatkan
kerabatnya yang dekat dan umat manusia agar bertawakkal kepada allah yang
selalu memperhatikan dan menjaganya.
2.
Surat Al-Hijr
94
÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚÌôãr&ur Ç`tã tûüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÒÍÈ
Artinya :
Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.(Q.s Al-Hijr 94)
Hubungan keterkaitan surat ini dengan surat Asy-Syu’ara adalah mufrodat (÷ãtB÷sè?$yJÎ/íyô¹$$sù) artinya sampaikanlah olehmu secara terang-terangan berkaitan
dengan (ا نذر) berilah peringatan Menghindari kemusyrikan, yang tujuan
utamanya adalah semua yang berpotensi disentuh oleh kemusyrikan, kini ayat
diatas berpesan lagi kepada beliau bahwa:
hindarilah segala hal yang dapat mengundang murka allah dan berilah
peringatan kepada kerabat kerabatmu yang terdekat tanpa pilih kasih. Setelah rasulullah memperingatkan diri sendiri, beliau diperintahkan untuk
mengingatkan kekeluarganya, agar selain mereka mendapat pelajaran darinya bahwa
merekapun sesungguhnya terancam denga adzab bila ttap berada dalam kemusyrikan
dan tidak mau beriman.[3]
F.
Hubungan Surat
Asy-Syu’ara dengan Objek Pendidikan
Pendidikan atau
tarbiyah merupakan proses penting untuk melaksanakan taat kepada Allah SWT dan
menggapai ridhonya, sebab belajar dan mengajar diwajibkan dalam Islam.
Manusia seluruhnya merupakan objek pendidikan (tarbiyah dan dakwah), namun
perlu adanya prioritas untuk kedua hal tersebut, yaitu dimulai dari diri
sendiri, kemudian keluarga, kerabat, orang Islam, dan akhirnya kepada sesama
manusia (non muslim).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidikan
atau tarbiyah merupakan proses penting untuk melaksanakan taat kepada Allah SWT
dan menggapai ridhonya, sebab belajar dan mengajar diwajibkan dalam Islam.
Manusia seluruhnya merupakan objek pendidikan (tarbiyah
dan dakwah), namun perlu adanya prioritas untuk kedua hal tersebut, yaitu
dimulai dari diri sendiri, kemudian keluarga, kerabat, orang Islam, dan
akhirnya kepada sesama manusia (non muslim).
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Quraish,
Shihab. 2006. Tafsir Al-Mishbah.
Jakarta: Lentera Hati.
Ø Yunus,
Mahmud. 2004. Tafsir Qur’an Karim.
Jakarta: Hidakarya Agung.
Ø
Quthb, Sayyid.
2008. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.
Jakarta: Gema Insani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar