A.
Pengertian Kurikulum Pendidikan
kurikulum
adalah suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis,
lingkup, dan urutan isi, dalam proses pendidikan. Karena kurikulum mempunyai kedudukan
sentral dalam seluruh proses pendidikan dan Kurikulum juga mengarahkan segala
bentuk akivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.[1]
Pandangan
baru mengatakan bahwa kurikulum adalah merupakan program pendidikan yang di
sediakan oleh ekolah untuk sisiwa melalui program yang di rencanakan itu siswa
melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan
pertumbuhannya, sesuai dengan pendidikan yang telah ditentukan. Dengan melalui
program kurikuler, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa untuk berkembang,
karena itu kurikulum di susun sedemikian rupa agar memungkinkan siswa melakukan
berbagai ragam kegiatan. Kurikulum tidak terbatas hanya pada mata pelajaran
–mta pelajaran saja, tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
perkembangan sisiwa, seperti bangunan sekolah, alat-alat pelajaran,
perlengkapan, perpustakaan, karyawan tata usaha, gambar halaman sekolah dn
lain-lain.[2]
B.
Konsep kurikulum
Konsep
kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan,
juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang di anutnya.
Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang
harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Banyak orang tua bahkan juga
guru-guru,kalau di tanya tentang kurikulum akan memberikan jawaban sekitar
bidang studi atau mata-mata pelajaran. Lebih khusus mungkin kurikulum diartikan
hanya sebagai isi pelajaran.
Definisi
ronald Doll tidak hanya menunjukan adanya perubahan penekanan dari isi kepada
proses, tetapi juga menunjukan adanya perubahan lingkup, dari konsep yang
sangat sempit kepada yang lebih luas. Apa yang dimaksud dengan pengalaman siswa
yang di arahkan atau menjadi tanggung jawab sekolah mengandung makna yang cukup
luas. Pengalaman tersebut dapat berlangsung di sekolah, di rumah ataupun di
masyarakat, bersama guru atau tanpa guru, berkenaan langsung dengan pelajaran
ataupun tidak. Definisi tersebut juga mencakup berbagai upaya guru dalam
mendorong terjadinya pengalaman tersebut serta berbagai fasilitas yang
mendukungnya.
Mouritz
johnson mengajukan keberatan terhadap konsep kurikulum yang sangat luas seperti
yang dikemukakan oleh Ronald Doll. Menurut johnson, pengalaman hanya akan
muncul apabila terjadi interaksi antara sisiwa dengan lingkungannya. Interaksi
seperti itu bukan kurikulum, tetapi pengajaran. Kurikulum hanya menggambarkan
atau mengantisipasi hasil dari pengajaran. Johnson membedakan dengan tegas
antara kurikulum dengan pengajaran. Semua yang berkenaan dengan perencanaan dan
pelaksanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan belajar mengajar, evaluasi,
termasuk pengajaran, sedankan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil
belajar yang di harapkan di capai oleh sisiwa.
Terlepas
dari pro dan kontra terhadap pendapat johnson, beberapa ahli memandang
kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran. Salah seorang di antara
mereka adalah Mac Donal. menurut dia, sistem persekolahan terbentuk atas empat
subsistem, yaitu mengajar, belajar, pembelajaran dan kurikulum. Mengajar (teachng) merupakan kegiatan atau
perlakuan profesional yang di berikan oleh guru. Belajar (learning) merupakan kegiatan atau upaya yang di lakukan siswa
sebagai respons terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru.
Keseluruhan pertautan kegiatanyang memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya
interaksi belajar-mengajar di sebut pembelajaran (intruction). Kurikulum (curriculum)
merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses
kegiatan belajar-mengajar.[3]
C. Fungsi kurikulum
Kurikulum
resmi sebenarnya merupakan sesuatu yang di identifikasikan atau di
cita-citakan, karena itu kurikulum memiliki funsi sebagaimana yang di ungkaokan
oleh Alexander Inglis, sebagai
berikut:
1. The adjustive of adaptive function
(fungsi penyesuaian)
2. The integrating function (fungsi
pengintegrasian)
3. The differentiating function (Fungsi
deferensiasi)
4. The prapaedetic function (funsi
persiapan)
5. The selective function (fungsi
pemilihan)
6. The diagnostic function (fungsi
diagnostik)
1.fungsi
penyesuaian
Masyarakat
dalam arti luas, yaitu sekelompok manusia yang mempunyai dasar, tujuan dan
kebudayaan tertentu. Walaupun masyarakat itu statis ataupun dinamis ia selalu
membangun, minimal untuk mempertahankan hidupnya supaya tidak punah. Karena itu
individu yang hidup dalam masyarakat harus mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya secara menyeluruh. Hal ini harus di upayakan oleh setiap individu
atau leh setiap siswa yang hidup di lingkungannya. Karena setiap saat
lingkungan tempat tinggalnya itu berkembang dan berubah menyesuaikan dengan
perkembagan zaman. Masyarakat yang bersifat dinamis harus diikuti dengan
kedinamisan hidup setiap anggota masyarakat. Disini fungsi kuriulum harus mampu
menata keadaan masyarakat agar dapat di bawa ke lingkungan sekolah untuk di
jadikan obyek pelajaran para sisiwa.
2.
fungsi pengintegrasian atau pemaduan
Kelompok
sosial sangat mempengaruhi tingkah laku anak. Pengaruh kelompok terhadap
tingkah laku anak dapat bersifat positif (membangun) dan dapat pula bersifat
negatif (merusak). Pengaruh yang baik diperoleh anak melalui kerjasama yang
baik, harmonis serta ada upaya pemecahan masalah bersama. Pembagian tugas,
sehingga tumbuh sikap sosial kemampuan menghadapi masyarakat. Perasaan saling
bergantungan, saling menghormati, menghargai diri sendiri, human relation dan
perkembangan kepribadian secara harmonis. Sedangkan pengaruh yang negatif
timbul karena kelompok yang menilai negatif timbul persaingan dan tujuan,
akhirnya tingkah laku anak bukan berkembang, melainkan menjurus ke arah tingkah
laku yang tidak dapat di terima oleh masyarakat. Oleh karena itu kurikulum
harus mampu menyiapkan pengalaman-pengalaman belajar yang dapat mendidik
pribadi yang terintegrasi, karena individu-individu yang berada di sekolah merupakan
bagian dari masyarakat yang harus mampu melakukan perintegrasian sesuai dengan
norma-norma masyarakat.
3.
fungsi pembedaan
Perbedaan-perbedaan
individu di sekolah harus menjadi dasar pertimbangan dalam memberikan
pelayanan. Karena siswa yang beranekaragam latar belakang sosial ekonominya.
Semua itu merupakan generasi yang harus mendapat perhatian pengayoman dan
didikan yang disesuaikan dengan potensi mereka masing-masing. Karena itu
pelayanan dalam program sekolah yang berkaitan dengan penempatan murid dalam
kelompok belajar, kelompok rekreasi, kelompok ekstrakulikuler, kelompok latihan
khusus, kegiatan yang sesuai dengan bakat dan minat pada dasarnya akan
mendorong para siswa untuk kreatif dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam
masyarakat. Jelas bahwa fungsi kurikukulum dalam ini harus mampu melayani
pengembangan-pengembangan potensi individu yang akan hidup terjun di lingkungan
masyarakat.
4.
fungsi penyiapan
Tidak
jarang bahwa manusia selalu timbul rasa tidak puas terhadap sesuatu yang sudah
di capainya. hal ini menimbulkan keinginannya atau cita-citanya ke yang lebih
tinggi lagi. Untuk itu fungsi kurikulum dalam kaitan ini adalah harus mampu
mempersiapkan anak didik agar dapat melanjutkan studi atau meraih ilmu
pengetahuan yang lebih tinggi dan lebih mendalam dengan jangkuan yang luas.
Pada
bagian lain, juga harus menyiapkan seperangkat pengalaman-pengalaman belajar
yang di analisa oleh anak-anak didik untuk bekal hidup bermasyarakat setelah ia
selesai. Studi lebih jauh konsep dasar yang melandasi agar anak ada
kecenderungan untuk belajar terus meningkatkan pengetahuan dan hidup di
lingkungan masyarakat. Sedapat mungkin harus sudah di tanamkan pada anak-anak
sebagai generasi penerus dan penekanannya adalah semua program yang di sajikan
harus di usahakan dapat membangkitkan minat anak dalam belajar.
5.
fungsi pemilihan
Dalam
usaha memuaskan kebutuhan akan perkembangan bakat dan minat anak-anak didik,
maka sekolah harus berupaya menyiapkan program yang mampu mendukung,
mengembangkan bakat masing-masing siswa. Program-program yang matang tadi akan
di dapat bila sekolah melakukan penyeleksian secara selektif terhadap
pengalaman belajar yang memungkinkan dapat diorganisir lebih lanjut dalam satu
bentuk organisasi kurikulum, sehingga lebih memudahkan kordinasi dengan
personal-personal yang akan melaksanakan tugas kepenasihatan. Selanjutnya
mengawasi anak-anak dan mendorong anak untuk melakukan kegiatan dari program
yang sudah disiapkan, sehingga makna dari menyiapkan anak melayani perbedaan,
penyesuain anak dan tingkah laku yang terintegrasi yang sesuai dengan
norma-norma masyarakat dapat di harapkan.
6.fungsi
diagnosa
Upaya
untuk melakukan pelayanan terhadap anak didik harus sampai pada tingkat
mengarahkan siswa agar mereka mampu memahami dirinya, mampu mengembangkan
dirinya, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan keluarga sekolah maupun
masyarakat. Selain itu mampu memecahkan masalah dalam lingkungan keluarga,
masyarakat serta menyadari akan kelemahan-kelemahan yang di milikinya, sehingga
siswa itu sendiri dapat memperbaiki dirinya dengan bimbingan dan pengarahan
guru.
Fungsi
ini merupakan fungsi kurikulum yang pada gilirannya akan mengetahui
keberhasilan. Penerapan program-program pengalaman belajar yang di ikuti oleh
anak didik sejalan dengan upaya memahami bakat dan minat anak didik, bantuan
dan dorongan yang di berikan harus sejalan pula dengan arah dari filsafat
pendidikan dan tujuan pendidikan yang di harapkan oleh institusi pendidikan
yang bersangkutan.[4]
D. kriteria kurikulum
1.
perumusan dan penilaian tujuan
Pendidikan
guru sebagaimana halnya pada profesi-profesi lainnya, yang menjadi pusat
keputusan kurikulum adalah perumusan, pendefinisian, dan penilaian terhadap
tujuan-tujuan suatu program. Karena itu, tujuan perlu dirumuskan secara jelas
yang sekaligus menjadi pedoman pengembangan dan kriteria untuk mempertimbangkan
bermacam-macam komponen dalam program pendidikan guru.
2.
pemilihan dan pembimbingan (advising)
siswa
Pengajaran
adalah suatu yang kompleks, suatu profesi yang menuntut atau meminta banyak
waktu dan tenaga dalam rangka persiapan dan mempersiapkan para anggotanya. Kerumitan
pengajaran pada gilirannya membutuhkan desain kurikulum yang tepat dan juga
perlunya standar penerimaan calon guru. Hal-hal ini turut menentukan upaya
penyiapan program dan meningkatkan citra terhadap profesi keguruan
(kependidikan).
3.
pemilihan isi kurikulum
Efektivitas
suatu program pendidikan di tentukan oleh banyak unsur. Dua unsur yang penting
adalah: (1) pemilihan isi dan (2) pemilihan dan penggunaan prosedur
instruksional dan alat bantu. Hubungan antara isi dan metode lebih bermakna
dalam rangka mempersiapkan guru. Kombinasi antara kedua unsur akan memberikan
kesempatan belajar yang langsung. Dalam hubungan ini, dapat diajukan sejumlah
kriteria yang berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan umum, pendidikan
spesialisasi dan pendidikan profesional. Pendidikan umum merupakan manusia, hubungannya dengan dirinya, dengan
orang lain, isi pendidikan umum bersumber dari berbagai ilmu pengetahuan. Pendidikan
spesialisasi merupakan suatu bagian yang esensial dalam mempersiapkan
individu-individu yang akan menjadi guru. sedangkan pendidikan profesional
merupakan didsiplin pendidikan dan profesi keguruan. Disiplin kependidikan
terutama berkenaan dengan tiga dasar, yakni belajar dan proses belajar, sekolah
sebagai institusi sosial dan perbuatan mengajar.
4.pemilihan
dan penggunaan alat-alat instruksional
Unsur-unsur
alat instruksional yakni: teknik, metode, media , proses, bahan dan pola
organisasi yang di gunakan oleh guru untuk merangsang kegiatan belajar. Semua
unsur tersebut berinterelasi satu sama lain dan memberikan kontribusinya
terhadap efektivitas program pendidikan. Banyak usaha yang perlu dikerjakan
oleh para pengajar untuk mengombinasikan faktor-faktor belajar dan mengajar.
Semuanya di padukan untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan. Apakah
unsur-unsur efektif atau tidak, dapat dilihat pada pengaruhnya terhadap
perubahan perilaku para sisiwa calon guru.
5.
pengorganisasian kurikulum
Kurikulum
pendidikan guru terdiri dari tiga komponen, yakni pendidikan umum, pendidikan
spesialisasi dan pendidikan profesional. Ketiga komponen itu sama pentingnya,
masing-masing memberikan kontribusidan saling berhubungan satu sama lain.
Ketiga komponen harus di rencanakan dan di laksanakan sebaik mungkin. Hal yang
sama pentingnya adalah nilai yang harus di buat tentang kemanfaatannya atau
kegunaannya dan tentang efektivitasnya. Ketiga komponen kurikulum tesebut
adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi seorang guru, dan juga untuk
mengembangkannya sebagai pribadi dan sebagai warga masyarakat.
6.penilaian
terhadap hasil belajar siswa dan efektivitas program
Suatu
tahap yang penting dalam pengembangan kurikulum yang efektif merupakan evaluasi
terhadap kemajuan sisiwa suatu produk program. Suatu perencanaan program
belumlah dikatakan lengkap, jika tidak ada penyesuaian terhadap efektivitas
program tersebut. Program pendidikan guru adalah sebab, sedangkan performa
lulusan lulusan adalah sebaga akibat yang di timbulkan oleh program itu. Jadi,
suatu program yang efektif di ukur dari pengaruhnya terhadap perubahan tingkah
laku lulusan dalam keguruan atau pengajaran..[5]
[1] Nana syaodih sukmadinata,pengembangan
kurikiulum teori dan praktek,(bandung:PT remaja rosda karya,2004),hlm. 173
[2] Iskandar wiryo kusumo,usman mulyadi, dasar-dasar pengembangan kurikulum,(jakarta:bina aksara,1988),hlm.6
[3] Nana syaodih sukmadinata,pengembangan
kurikiulum teori dan praktek,(bandung:PT remaja rosda karya,2004),hlm. 174
[4] Iskandar wiryo kusumo,usman mulyadi, dasar-dasar pengembangan kurikulum,(jakarta:bina
aksara,1988),hlm.8-12
[5] Oemar Hamalik,PENDIDIKAN GURU
berdasakan pendekatan kompetensi,(jakarta: PT Bumi aksara,2002).hlm.65-82
Tidak ada komentar:
Posting Komentar