Minggu, 12 Juni 2016

KURIKULUM PENDIDIKAN



A.  Pengertian Kurikulum Pendidikan
kurikulum adalah suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, dalam proses pendidikan. Karena kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan dan Kurikulum juga mengarahkan segala bentuk akivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.[1]
Pandangan baru mengatakan bahwa kurikulum adalah merupakan program pendidikan yang di sediakan oleh ekolah untuk sisiwa melalui program yang di rencanakan itu siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya, sesuai dengan pendidikan yang telah ditentukan. Dengan melalui program kurikuler, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa untuk berkembang, karena itu kurikulum di susun sedemikian rupa agar memungkinkan siswa melakukan berbagai ragam kegiatan. Kurikulum tidak terbatas hanya pada mata pelajaran –mta pelajaran saja, tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan sisiwa, seperti bangunan sekolah, alat-alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, karyawan tata usaha, gambar halaman sekolah dn lain-lain.[2]
B.  Konsep kurikulum
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang di anutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Banyak orang tua bahkan juga guru-guru,kalau di tanya tentang kurikulum akan memberikan jawaban sekitar bidang studi atau mata-mata pelajaran. Lebih khusus mungkin kurikulum diartikan hanya sebagai isi pelajaran.
Definisi ronald Doll tidak hanya menunjukan adanya perubahan penekanan dari isi kepada proses, tetapi juga menunjukan adanya perubahan lingkup, dari konsep yang sangat sempit kepada yang lebih luas. Apa yang dimaksud dengan pengalaman siswa yang di arahkan atau menjadi tanggung jawab sekolah mengandung makna yang cukup luas. Pengalaman tersebut dapat berlangsung di sekolah, di rumah ataupun di masyarakat, bersama guru atau tanpa guru, berkenaan langsung dengan pelajaran ataupun tidak. Definisi tersebut juga mencakup berbagai upaya guru dalam mendorong terjadinya pengalaman tersebut serta berbagai fasilitas yang mendukungnya.
Mouritz johnson mengajukan keberatan terhadap konsep kurikulum yang sangat luas seperti yang dikemukakan oleh Ronald Doll. Menurut johnson, pengalaman hanya akan muncul apabila terjadi interaksi antara sisiwa dengan lingkungannya. Interaksi seperti itu bukan kurikulum, tetapi pengajaran. Kurikulum hanya menggambarkan atau mengantisipasi hasil dari pengajaran. Johnson membedakan dengan tegas antara kurikulum dengan pengajaran. Semua yang berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan belajar mengajar, evaluasi, termasuk pengajaran, sedankan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang di harapkan di capai oleh sisiwa.
Terlepas dari pro dan kontra terhadap pendapat johnson, beberapa ahli memandang kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran. Salah seorang di antara mereka adalah Mac Donal. menurut dia, sistem persekolahan terbentuk atas empat subsistem, yaitu mengajar, belajar, pembelajaran dan kurikulum. Mengajar (teachng) merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang di berikan oleh guru. Belajar (learning) merupakan kegiatan atau upaya yang di lakukan siswa sebagai respons terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru. Keseluruhan pertautan kegiatanyang memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar-mengajar di sebut pembelajaran (intruction). Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar.[3]
C. Fungsi kurikulum
Kurikulum resmi sebenarnya merupakan sesuatu yang di identifikasikan atau di cita-citakan, karena itu kurikulum memiliki funsi sebagaimana yang di ungkaokan oleh Alexander Inglis, sebagai berikut:
1.    The adjustive of adaptive function (fungsi penyesuaian)
2.    The integrating function (fungsi pengintegrasian)
3.    The differentiating function (Fungsi deferensiasi)
4.    The prapaedetic function (funsi persiapan)
5.    The selective function (fungsi pemilihan)
6.    The diagnostic function (fungsi diagnostik)
1.fungsi penyesuaian
Masyarakat dalam arti luas, yaitu sekelompok manusia yang mempunyai dasar, tujuan dan kebudayaan tertentu. Walaupun masyarakat itu statis ataupun dinamis ia selalu membangun, minimal untuk mempertahankan hidupnya supaya tidak punah. Karena itu individu yang hidup dalam masyarakat harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Hal ini harus di upayakan oleh setiap individu atau leh setiap siswa yang hidup di lingkungannya. Karena setiap saat lingkungan tempat tinggalnya itu berkembang dan berubah menyesuaikan dengan perkembagan zaman. Masyarakat yang bersifat dinamis harus diikuti dengan kedinamisan hidup setiap anggota masyarakat. Disini fungsi kuriulum harus mampu menata keadaan masyarakat agar dapat di bawa ke lingkungan sekolah untuk di jadikan obyek pelajaran para sisiwa.
2. fungsi pengintegrasian atau pemaduan
Kelompok sosial sangat mempengaruhi tingkah laku anak. Pengaruh kelompok terhadap tingkah laku anak dapat bersifat positif (membangun) dan dapat pula bersifat negatif (merusak). Pengaruh yang baik diperoleh anak melalui kerjasama yang baik, harmonis serta ada upaya pemecahan masalah bersama. Pembagian tugas, sehingga tumbuh sikap sosial kemampuan menghadapi masyarakat. Perasaan saling bergantungan, saling menghormati, menghargai diri sendiri, human relation dan perkembangan kepribadian secara harmonis. Sedangkan pengaruh yang negatif timbul karena kelompok yang menilai negatif timbul persaingan dan tujuan, akhirnya tingkah laku anak bukan berkembang, melainkan menjurus ke arah tingkah laku yang tidak dapat di terima oleh masyarakat. Oleh karena itu kurikulum harus mampu menyiapkan pengalaman-pengalaman belajar yang dapat mendidik pribadi yang terintegrasi, karena individu-individu yang berada di sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang harus mampu melakukan perintegrasian sesuai dengan norma-norma masyarakat.
3.  fungsi pembedaan
Perbedaan-perbedaan individu di sekolah harus menjadi dasar pertimbangan dalam memberikan pelayanan. Karena siswa yang beranekaragam latar belakang sosial ekonominya. Semua itu merupakan generasi yang harus mendapat perhatian pengayoman dan didikan yang disesuaikan dengan potensi mereka masing-masing. Karena itu pelayanan dalam program sekolah yang berkaitan dengan penempatan murid dalam kelompok belajar, kelompok rekreasi, kelompok ekstrakulikuler, kelompok latihan khusus, kegiatan yang sesuai dengan bakat dan minat pada dasarnya akan mendorong para siswa untuk kreatif dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat. Jelas bahwa fungsi kurikukulum dalam ini harus mampu melayani pengembangan-pengembangan potensi individu yang akan hidup terjun di lingkungan masyarakat.
4. fungsi penyiapan
Tidak jarang bahwa manusia selalu timbul rasa tidak puas terhadap sesuatu yang sudah di capainya. hal ini menimbulkan keinginannya atau cita-citanya ke yang lebih tinggi lagi. Untuk itu fungsi kurikulum dalam kaitan ini adalah harus mampu mempersiapkan anak didik agar dapat melanjutkan studi atau meraih ilmu pengetahuan yang lebih tinggi dan lebih mendalam dengan jangkuan yang luas.
Pada bagian lain, juga harus menyiapkan seperangkat pengalaman-pengalaman belajar yang di analisa oleh anak-anak didik untuk bekal hidup bermasyarakat setelah ia selesai. Studi lebih jauh konsep dasar yang melandasi agar anak ada kecenderungan untuk belajar terus meningkatkan pengetahuan dan hidup di lingkungan masyarakat. Sedapat mungkin harus sudah di tanamkan pada anak-anak sebagai generasi penerus dan penekanannya adalah semua program yang di sajikan harus di usahakan dapat membangkitkan minat anak dalam belajar.
5. fungsi pemilihan
Dalam usaha memuaskan kebutuhan akan perkembangan bakat dan minat anak-anak didik, maka sekolah harus berupaya menyiapkan program yang mampu mendukung, mengembangkan bakat masing-masing siswa. Program-program yang matang tadi akan di dapat bila sekolah melakukan penyeleksian secara selektif terhadap pengalaman belajar yang memungkinkan dapat diorganisir lebih lanjut dalam satu bentuk organisasi kurikulum, sehingga lebih memudahkan kordinasi dengan personal-personal yang akan melaksanakan tugas kepenasihatan. Selanjutnya mengawasi anak-anak dan mendorong anak untuk melakukan kegiatan dari program yang sudah disiapkan, sehingga makna dari menyiapkan anak melayani perbedaan, penyesuain anak dan tingkah laku yang terintegrasi yang sesuai dengan norma-norma masyarakat dapat di harapkan.
6.fungsi diagnosa
Upaya untuk melakukan pelayanan terhadap anak didik harus sampai pada tingkat mengarahkan siswa agar mereka mampu memahami dirinya, mampu mengembangkan dirinya, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan keluarga sekolah maupun masyarakat. Selain itu mampu memecahkan masalah dalam lingkungan keluarga, masyarakat serta menyadari akan kelemahan-kelemahan yang di milikinya, sehingga siswa itu sendiri dapat memperbaiki dirinya dengan bimbingan dan pengarahan guru.
Fungsi ini merupakan fungsi kurikulum yang pada gilirannya akan mengetahui keberhasilan. Penerapan program-program pengalaman belajar yang di ikuti oleh anak didik sejalan dengan upaya memahami bakat dan minat anak didik, bantuan dan dorongan yang di berikan harus sejalan pula dengan arah dari filsafat pendidikan dan tujuan pendidikan yang di harapkan oleh institusi pendidikan yang bersangkutan.[4]
D. kriteria kurikulum
1. perumusan dan penilaian tujuan
Pendidikan guru sebagaimana halnya pada profesi-profesi lainnya, yang menjadi pusat keputusan kurikulum adalah perumusan, pendefinisian, dan penilaian terhadap tujuan-tujuan suatu program. Karena itu, tujuan perlu dirumuskan secara jelas yang sekaligus menjadi pedoman pengembangan dan kriteria untuk mempertimbangkan bermacam-macam komponen dalam program pendidikan guru.
2. pemilihan dan pembimbingan (advising) siswa
Pengajaran adalah suatu yang kompleks, suatu profesi yang menuntut atau meminta banyak waktu dan tenaga dalam rangka persiapan dan mempersiapkan para anggotanya. Kerumitan pengajaran pada gilirannya membutuhkan desain kurikulum yang tepat dan juga perlunya standar penerimaan calon guru. Hal-hal ini turut menentukan upaya penyiapan program dan meningkatkan citra terhadap profesi keguruan (kependidikan).
3. pemilihan isi kurikulum
Efektivitas suatu program pendidikan di tentukan oleh banyak unsur. Dua unsur yang penting adalah: (1) pemilihan isi dan (2) pemilihan dan penggunaan prosedur instruksional dan alat bantu. Hubungan antara isi dan metode lebih bermakna dalam rangka mempersiapkan guru. Kombinasi antara kedua unsur akan memberikan kesempatan belajar yang langsung. Dalam hubungan ini, dapat diajukan sejumlah kriteria yang berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan umum, pendidikan spesialisasi dan pendidikan profesional. Pendidikan umum merupakan  manusia, hubungannya dengan dirinya, dengan orang lain, isi pendidikan umum bersumber dari berbagai ilmu pengetahuan. Pendidikan spesialisasi merupakan suatu bagian yang esensial dalam mempersiapkan individu-individu yang akan menjadi guru. sedangkan pendidikan profesional merupakan didsiplin pendidikan dan profesi keguruan. Disiplin kependidikan terutama berkenaan dengan tiga dasar, yakni belajar dan proses belajar, sekolah sebagai institusi sosial dan perbuatan mengajar.
4.pemilihan dan penggunaan alat-alat instruksional
Unsur-unsur alat instruksional yakni: teknik, metode, media , proses, bahan dan pola organisasi yang di gunakan oleh guru untuk merangsang kegiatan belajar. Semua unsur tersebut berinterelasi satu sama lain dan memberikan kontribusinya terhadap efektivitas program pendidikan. Banyak usaha yang perlu dikerjakan oleh para pengajar untuk mengombinasikan faktor-faktor belajar dan mengajar. Semuanya di padukan untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan. Apakah unsur-unsur efektif atau tidak, dapat dilihat pada pengaruhnya terhadap perubahan perilaku para sisiwa calon guru.
5. pengorganisasian kurikulum
Kurikulum pendidikan guru terdiri dari tiga komponen, yakni pendidikan umum, pendidikan spesialisasi dan pendidikan profesional. Ketiga komponen itu sama pentingnya, masing-masing memberikan kontribusidan saling berhubungan satu sama lain. Ketiga komponen harus di rencanakan dan di laksanakan sebaik mungkin. Hal yang sama pentingnya adalah nilai yang harus di buat tentang kemanfaatannya atau kegunaannya dan tentang efektivitasnya. Ketiga komponen kurikulum tesebut adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi seorang guru, dan juga untuk mengembangkannya sebagai pribadi dan sebagai warga masyarakat.
6.penilaian terhadap hasil belajar siswa dan efektivitas program
Suatu tahap yang penting dalam pengembangan kurikulum yang efektif merupakan evaluasi terhadap kemajuan sisiwa suatu produk program. Suatu perencanaan program belumlah dikatakan lengkap, jika tidak ada penyesuaian terhadap efektivitas program tersebut. Program pendidikan guru adalah sebab, sedangkan performa lulusan lulusan adalah sebaga akibat yang di timbulkan oleh program itu. Jadi, suatu program yang efektif di ukur dari pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku lulusan dalam keguruan atau pengajaran..[5]


[1] Nana syaodih sukmadinata,pengembangan kurikiulum teori dan praktek,(bandung:PT remaja rosda karya,2004),hlm. 173
[2] Iskandar wiryo kusumo,usman mulyadi, dasar-dasar pengembangan kurikulum,(jakarta:bina aksara,1988),hlm.6
[3] Nana syaodih sukmadinata,pengembangan kurikiulum teori dan praktek,(bandung:PT remaja rosda karya,2004),hlm. 174
[4] Iskandar wiryo kusumo,usman mulyadi, dasar-dasar pengembangan kurikulum,(jakarta:bina aksara,1988),hlm.8-12
[5] Oemar Hamalik,PENDIDIKAN GURU berdasakan pendekatan kompetensi,(jakarta: PT Bumi aksara,2002).hlm.65-82

Tidak ada komentar:

Posting Komentar