A. Pengertian Sahabat
Secara
umum para ulama hadist mengatakan bahwa yang dikatakan sahabat adalah umat
islam yang pernah melihat Rasul Allah.
Para
ulama mendefinisikan sahabat sebagai berikut :
1.
Muhammad Nawawi
al-Jawi berpendapat bahwa orang yang dinyatakan sahabat Nabi itu adalah setiap
mukmin yang berkumpul dengan Nabi setelah beliau diangkat menjadi Rasul,
meskipun belum ada perintah untuk berda’wah. Yakni, dengan pertemuan yang
saling mengenal walaupun dalam keadaan gelap, buta, belum baliqh, bahkan hanya
sekedar bertemu atau melihat atau dilihat Nabi kendatipun dengan
jarak jauh, hal ini dinyatakan tetap sebagai sahabat Nabi.
2.
Al-Bukhari
menyatakan yang disebut sahabat itu adalah orang yang menyertai Nabi atau
melihatnya sedangkan dia dari kalangan orang-orang islam, maka ia adalah
sahabat.
3.
Menurut Ibnu
Hazm bahwa yang dinamakan sahabat Rasul itu adalah setiap orang yang pernah
bersama-sama dengan nabi dalam suatu majlis,walaupun sesaat dan dapat
mendengarkan pembicaraan Nabi walaupun sekalimat atau dapat melihat sesuatu
yang ia memahaminya dari Nabi itu.
4.
Ibnu al-Shalah
dalam muqaddimah bukunya mengatakan bahwa menurut kalangan ulama ahli hadist,
seperti yang dinyatakan oleh Ibnu al-Mudhaffar al-sam’ani, bahwa yang dinamakan
sahabat nabi itu adalah orang-orang yang meriwayatkan hadist secara langsung
dari Nabi walaupun hanya satu buah saja.Bahkan menurut para ulama, orang yang
hanya melihat Nabi bias disebut sebagai sahabat.
Jadi,
sahabat adalah orang yang menyertai Nabi selama beliau menyebarkan Risalah
kenabiannya. Di sini peranan sahabat dalam membantu nabi sangat berarti, baik
ketika Nabi hidup, maupun setelah wafatnya,terutama dalam menyebarkan da’wah
Islam ke seluruh jazirah Arab.Bahkan mereka berhasil menciptakan generasi yang
lebih baik setingkat berada dibawah mereka yaitu generasi tabi’in.
B. Sahabat
dan Periwayatan Hadist
Periwayatan
hadis pada masa sahabat terutama pada masa al-Khulafa’ al-Rosyidin sejak tahun
11 H sampai 40 H, yang di sebut juga masa sahabat besar, belum begitu
berkembang. Pada satu
sisi perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran
al-qur’an dan mereka membatasi periwayatan hadis tersebut. Masa ini disebut
dengan masa pembatasan dan memperketat periwayatan. Pada sisi yang
lain,meskipun perhatian sahabat terpusat pada pemeliharaan dan penyebaran
al-Qur’an,
tidak berarti mereka tidak memegang hadis sebagai mana halnya sebagaimana yang
mereka diterima secara utuh ketika nabi masih hidup. Mereka sangat berhati-hati
dan mebatasi diri dalam meriwayatkan hadis itu.
Cara-cara
sahabat Nabi dalam meriwayatkan hadist ada dua:
- Adakala dengan lafal asli, yakni manurut lafal yang merek terima dari Nabi yang mereka hafal benar lafal dari nabi itu’
- Adakala dengan maknanya saja, yakni mereka meriwayatkan maknanya bukan lafalnya, karena mereka tidak hafal lafalnya yang asli dari Nabi SAW. Memang mereka meriwayatkan hadis adakala dengan maknanya saja . yang penting hadis adalah : “isi”. Bahasa dan lafal boleh disusun dengan kata-kata lain , asal isinya sudah ada sama.
Kesungguhan sahabat dalam menerima hadist, tampaknya lebih
diperlihatkan Umar, sehingga riwayat ini tersampaikan ke
generasi berikutnya. Dan melihat periwayatan hadist baik di zaman Rasul
maupun sesudah Rasul seperti yang terdapat dalam riwayat-riwayat dari sahabat
Nabi,dimana para sahabat tidak sederajat dalam menerima periwayatan ini bahkan
dalam mengetahui keadaan Rasul itu sendiri. Ketidak sederajatan itu disebabkan
keadaan mereka tidak sama, seperti ada yang tinggal di kota, didaerah. Sibuk
berdagang, bertani, terus menerus beribadah dan tinggal dimesjid, sering
bepergian, dan Nabi pun tidak selalu mengadakan ceramah terbuka.
Sementara periwayatan itu berlangsung dari mulut ke mulut melalui kekuatan
hafalan, yakni menerimanya dengan metode menghafal pula meskipun ada sebagian
kecil yang mencatatnya.Keadaan demikian menuntut orang di kalangan sahabat yang
berpikiran cemerlang, berotak brilian dan berkesempatan bergaul dengan Rasul
secara rutin, yang diperlukan untuk menjadi mediator atau penyampai hadist yang
diterimannya langsung dari Rasul untuk disampaikan kepada mereka sepertiyang
dilakukan Umar dan tetangganya.
C.
Cara Sahabat Menerima Hadis Pada
Masa Nabi Muhammad SAW
Banyak
terdapat berbagai macam hadis yang terhimpun di dalam kitab-kitab hadis. Yang kita
lihat sekarang ini adalah berkat kegigihan dan kesungguhan para sahabat dalam
menerima dan memelihara hadis pada masa dahulu.Cara para sahabat
menerima hadis pada masa Rasulullah Saw berbeda dengan cara yang
dilakukan oleh generasi setelah itu. Cara para sahabat menerima hadis dimasa
Nabi Muhammad Saw yaitu dilakukan oleh sahabat yang dekat dengan beliau,
seperti Khaula Faurra Syidan, dimasa Nabi parasahabat mempunyai minat yang
besar untuk memperoleh hadis dari pada Nabi Muhammad Saw. oleh karena itu
mereka berusaha keras mengikuti Nabi Muhammad Saw agar perkataan,
perbuatan atau taqrir beliau dapat mereka terima atau mereka lihat secara
langsung. Jika diantara para sahabat ada yang berhalangan maka dicari sahabat
yang lain untuk dapat mendengar dan melihat apa yang disampaikan. Nabi
Muhammad Saw pokoknya setiap Nabi menyampaikan sesuatu hukum atau
melakukan ibadah apapun jangan sampai tidak ada sahabat yang melihatnya. Siapa
diantara sahabat yang bertugas menemui dan mengikuti Nabi serta mendapatkan
hadis dari beliau, maka ia segera menyampaikan untuk sahabat-sahabat yang lain.
Dalam
hal ini ada empat cara yang ditempuh oleh para sahabat untuk mendapatkan
hadis dari Nabi Muhammad Saw.
1.
Para sahabat selalu mendatangi pengajian-pengajian yang
disampaikan oleh Rasulullah Saw. Rasulullah selalu menyediakan waktu bagi para
sahabat untuk menyampaikan berbagai ajaran agama Islam. Para sahabatpun selalu
berusaha mengikuti berbagai majelis yang disitu disampaikan berbagai
pesan-pesan keagamaan walaupun mereka mengikuti secara bergiliran.Jika ada
sahabat yang tidak bisa hadir maka disampaikan oleh sahabat-sahabat yang hadir.
2.
Rasulullah
Muhammad Saw sendiri yang mengalami berbagai persoalan yang Nabi sendiri
yang menyampaikan persoalantersebut kepada para sahabat, jika sahabat yang
hadir jumlahnya banyak maka apa yang disampaikan oleh Nabi dapat tersebar
luas.
3.
Diantara para sahabat mengalami berbagai persoalan kemudian
mereka menanyakan langsung kepada Rasulullah Saw tentang bagaimana
hukumnya terhadap persoalan tersebut. Kemudian Rasulullah Muhammad Saw segera
memberikan fatwa atau penjelasan hokum tentang peristiwa tersebut. Kasus
yang dialamisahabat apakah kasus yang terjadi pada diri sahabat itu
sendirimaupun terjadi pada sahabat yang lain.Pokoknya jika diantara para
sahabat mengalami satu-satu masalah, para sahabat tidak merasa malu-malu
untuk datang secara langsung menanyakan pada Rasulullah Saw. Jika ada juga para
sahabat yang malu bertanya langsung pada Rasulullah maka sahabat mengutus
sahabat yang lain yang berani menanyakan secara langsung tentang peristiwa apa
yang dialami sahabat pada waktu itu, sehingga tidak ada persoalan yang
tidak jelas hukumnya..
4.
Kadang-kadang
ada juga sahabat yang melihat secara langsung Rasulullah Saw melakukan
satu-satu perbuatan, hal ini berkaitan dengan ibadah seperti shalat, zakat,
puasa, dan ibadah haji serta ibadah-ibadah lainnya. Para sahabat yang
menyaksikan hal tersebut segera menyampaikan untuk sahabat yang lain atau
generasi sesudahnya, diantaranya yaitu peristiwa yang terjadi antaraRasulullah
dengan malaikat Jibril mengenai masalah iman, Islam,ikhsan dan tanda-tanda hari
kiamat.
D. Masa Penyebarluasan Hadist Ke Sahabat Lain
Para
sahabat selalu berusaha agar periwayatan hadis bisa tersebar luas keberbagai
pelosok daerah.Hal ini terwujud setelah Rasulullah wafat.Yang nampak sekali
terjadi pada masa Usman Ibnu Affan, karena mereka memberikan
kelonggaran-kelonggaran kepada para sahabat untuk menyebarluaskan
periwayatan hadis ke daerah-daerah lain yang dimulai dengan penyebaran syiar
agama Islam mengikuti pula dengan penyebaranhadis-hadis.
beberapa
kota yang banyak terdapat para sahabat dan aktifitas periwayatan hadis,
antaranya :
1.
Madinah.Dikota ini banyak terdapat para sahabat yang
mempunyai ilmu agamayang mendalam, terutama bidang hadis diantaranya, Disyar
r.a, AbdullahIbnu Sabid dan banyak sahabat- sahabat lainnya.
2.
Mekkah Dikota ini perkembangan hadis juga mengalami
kemajuan hampir sama dengan kota Madinah. Disana ditunjuk Muaz Jabal sebagai
guru yangmengajar penduduk setempat tentang halal dan haram.Peranan kotaMekkah
dalam hal penyebaran hadis pada masa selanjutnya adalah sangat signifikan
terutama pada musim-musim haji, dimana pada waktu itu merupakan sangat tepat.
Dimana para sahabat saling bertemu satu sama lainnya, terutama para tabi’in.
Waktu itu terjadi penukaran informasi tentang hadis yang kemudian mereka bawa
pulang ke daerah masing-masing.
3.
Kufah
danBasrahSetelah Irak ditaklukkan pada masa Khalifah Umar Ibnu Al-Khattab
dikota Keffah tinggallah sejumlah para sahabat yang terkenal seperti Ali
IbnuAbi Thalib, Sa’ad Zaid Amru Ibnu Nufail dan sahabat-sahabat yang
lain.Begitu juga di kota Basrah banyak terdapat sahabat-sahabat, sepertiAnas
Ibnu Malik yang dikenal sebagai Imam Fi Al-Hadis diBasrah, AbuMusa Al-Asyari,
Abdullah Ibnu Abbas dan sahabat-sahabat yang lain.Periwayatan hadis pada masa
tabi’in umumnya masih bersifat dari mulut ke mulut, bagaikan seorang murid
mendengar hadis pada gurunya, lalu disimpan didalam hatinya dengan menghafalkan
hadis-hadis tersebut.Sedangkan pada sahabat, tabi’in dan tabi’in tabi’in
tradisi itulah makin berkembang dan terarah pada kegiatan-kegiatan mencari
hadis sampai mereka harus pergi ke tempat yang jauh untuk mencari dan
menelitiva liditas dari hadis tersebut, atau hanya untuk bersilaturrahmi dengan
sahabat-sahabat yang lain. Disitulah mereka bisa memperoleh hadis.Cara yang
seperti ini umumnya dilakukan oleh para tabi’in karena dengan yang demikian
terjadilah pertukaran riwayat antara satu dengan yang lainnya.
D. Sahabat
Yang Meriwayatkan Hadist Nabi Muhammad SAW
Penting
untuk diketahui, bahwa para sahabat telah dianggap banhyak meriwayatkan
hadis bila ia sudah meriwayatkan lebih dari 1000 hadis.Mereka itu adalah Abu
Hurairah, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik,Sayyidah Aisyah, Abdullah bin
Abbas, Jabir bin Abdullah, dan Abu Said al-Hudri.
1. Abu
Hurairah
Abu
Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis di antara tujuh
orang tersebut.Baqi bin Mikhlad mentahrijkan hadis Abu Hurairah sebanyak 5374
Hadis. Di antara jumlah tersebut 352 hadis disepakati oleh Bukhori Muslim, 93
hadis diriwayatkan oleh Bukhori sendiri dan 189 hadis diriwayatkan oleh Muslim
sendiri.Menurut keterangan Ibn Jauzi dalam Talqih Fuhumi al Atsar bahwa hadis
yang diriwayatkannya sebanyak 5374, tapi menurut al Kirmani berjumlah 5364
dan barada dalam Musnad Ahmad terdapat 3848 buah hadis.
2. Abdullah
bin Umar
Hadis
yang beliau riwayatkan sebanyak 2630 hadis. Di antara jumlah tersebut yang
muttafaq alaihi sebanyak 170 hadis, yang dari Bukhori sebanyak 80 hadis dan
yang dari Muslim sebanyak 31 hadis.Abdullah bin Umar adalah putra kholifah ke
dua yaitu kholifah Umar bin Khottob dan saudara kandung sayyidah
Hafsah ummul mukminin.
3. Anas bin
Malik
Hadis
yang beliau riwayatkan sebanyak 2286 hadis. Di antara jumlah tersebut yang
muttafaq alaihi sebanyak 168 hadis yang diriwayatkan Bukhori sebanyak 8 hadis
dan yang diriwayatkan Muslim sebanyak 70hadis. Nama lengkap Anas bin Malik
adalah Anas ibn Malik ibn an Nadzor ibn Damdam ibn Zaid ibn Harom Ibn Jundub
ibn Amir ibnGonam ibn Addi ibn an Najar al anshori. Ia dikenal juga dengan
sebutan Abu Hamzah. Anas bin Malik lahir pada tahun 10 sebelum hijrah dan wafat
pada tahun 93 h di basrah.Beliau adalah sahabat yang paling akhir meninggal di
basroh.
4. Aisyah binti
Abu Bakar Al-shiddiq
(w. 58 H.)
Hadis
yang beliau riwayatkan 2.210 Hadis.
5. Abdullah
Ibn Abbas (3 SH –
68 H.)
Hadis
yang beliau riwayatkan 1.660 Hadis.
6. Jabir Ibn
Abdullah (16 SH –
78 H)
Hadis
yang beliau riwayatkan 1.540 Hadis.
7. Abu Sa’id
Al-khudri (w. 74
H.)
Hadis
yang beliau riwayatkan 1.170 Hadis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar